Rabu, 29 Juli 2009

Mindset Tembok apa Layangan ?

Kejadian hari ini membuat saya berfikir sekaligus kagum dengan pola pikir atau bahasa sono-nya Mindset orang yang beragam. Ada yang punya mindset Tembok ada juga yang punya mindset Layangan, minimal itu penyederhanaan yang mudah bagi saya..

Jadi ceritanya pagi ini saya disuruh presentasi tentang sebuah project, dan diawal memang saya mengantisipasi perbedaan cara pikir orang dan peneriman mereka ke project yang saya presentasikan..

Sejauh masalah bahasa yang sangat multilingual termasuk sampe bahasa tubuh dan bahasa jiwa yang dipake.. semuanya just fine sampai tuh bahan selesai saya jelaskan... hingga mendadak Bapak dipojok depan mengangkat tangannya dan berkata "Saya punya pertanyaan.."

Yang jadi spesial tuh dia adalah salah satu key person (yang bertitle Doktor) dalam keberhasilan project ini untuk disetujui, dan menariknya lagi dia ngajuin lebih dari 10 pertanyaan... wuiih... "mantab nih orang" pikir saya pertama kali..

Sayangnya setelah pertanyaan Beliau yang ke 2, saya ko merasa ketabrak Tembok...
Panjang lebar (dikali tinggi) pertanyaan Beliau makin ngaco dan tidak berkaitan... "ko dia jadi curhat ya" gumam saya dalam hati... udah gitu yang ditanya semua hampir ada jawabannya di presentasi yang saya jelaskan.. "apa gw yang bego bener kalo ngejelasin, jadi dia ngga ngerti, atau dia tidur waktu gw presentasi" makin sewot dihati.

Ternyata setelah beberapa jawaban dari saya dan pertanyaan lanjutan yang Beliau lontarkan, saya baru sadar.. Oh... ini yang namanya Mindset Tembok !!.. setidaknya saya berpendapat begitu, terserah yang laen..

Mindset Tembok tuh kaya setiap kali langkah yang kita pikirkan dan usulkan untuk solusi, setiap kali itu pula Beliau merasa itu sangat - sangat susah, sangat - sangat impossible dan ngga mungkin dijalanin.. ko jadi kaya pesimis gitu, karena setiap langkah menjadi sangat sulit... kaya mentok Tembok dan seakan ngga bisa cari solusi untuk cari tangga atau ambil palu beton untuk robohin tuh tembok. Lebih parahnya lagi, terlalu keras kepala untuk menerima solusi semacam tangga atau palu beton diatas, dan keukeh (baca: bertahan) dengan kata "Tidak Mungkin", "Susah", "Bakalan Gagal", dll. Berat dah hidup ni..!!

Nah, key person lainnya malah 180 derajat beda mindset-nya sama yang diatas, saya lebih suka bilang Mindset Layangan.. (karena saya emang demen maen layangan).

Mindset Layangan tuh unik banget... (gw demen banget sama yang satu ini). Uniknya adalah merubah tantangan (hambatan) jadi kesempatan untuk maju.. persis kaya layangan.. Layangan tuh kan terbuat dari bambu dan kertas, ngga ada mesin yang mendorongnya untuk maju. Tapi lagi - lagi, uniknya layangan memanfaatkan angin (yang bagi asumsi saya itu adalah tantangan / hambatan) menjadi daya dorong untuk naik dengan teknik yang elegan. Kalo anda suka maen layangan, walaupun angin sedang kencang, ngga segampang itu layangan bisa naik dan bermanuver di udara, butuh strategi yang elegan untuk bisa bertahan naik atau bermanuver menukik tajam. Begitu juga nih Bapak yang duduk ditengah, dengan mindset layangan-nya, dia bermanuver untuk mengatasi tantangan dan hambatan yang bagi Bapak ber-mindset Tembok diatas dianggap Mentok di Tembok ! Hasilnya adalah, strategi jitu nan elegan untuk menghadapi tantangan yang gagal dihadapin si -Muka- Tembok tadi... eh Mindset Tembok diatas.

Saya belajar banyak hari ini, Alhamdulillah, terima kasih ya Allah Swt, karena saya diberikan kesempatan untuk belajar mengenali dan memahami si-Muka-Tembok tadi dengan segala klaim pengalaman dan title yang dia miliki, juga belajar dan mencoba untuk mereplikasikan Mindset Layangan dari Bapak yang humble serta penuh senyum namun menyimpan ke-jenius-an dalam IQ dan EQ - nya.

Bagaimana dengan anda ?

Banda Aceh,

July 2009

Senin, 27 Juli 2009

Yakin Mau Kaya?

Sekilas, siapa juga yang ngga mau kaya?..

Hampir semua orang pasti jawab "Pasti mau!" kalo dimukanya dihadapkan

pertanyaan simple tapi sejuta makna "Mau Kaya?"..

Yup, saya bilang Hampir semua..

Emang nya ada yang ngga mau kaya? jawabannya "Ada"... Lah... Aneh juga nih.

Jujurnya saya pribadi mau banget jadi kaya, segala kebutuhan terpenuhi, mau ini tinggal gesek :) mau itu tinggal bilang "Tolong dibungkus!". Tapi beberapa hari

belakangan saya ko jadi mikir - mikir lagi ya... muncul tiba - tiba pertanyaan "Emangnya sanggup?"

Bukannya sangsi sama kemampuan diri jadi Kaya, tapi ragu sama hati yang ngga tahan sama godaan "orang kaya". Kalo soal bagaimana jadi kaya sih, mari kita diskusi panjang lebar tentang potensi bisnis yang ada, bahkan dikota saya tinggal saat ini, Aceh, yang saya pribadi sebut Kota Seribu Peluang, banyak banget potensi yang kita bisa olah untuk menjadi orang kaya, bahkan beberapa tanpa perlu modal bejibun.

Tapi pas diajak ngomong bagaimana cara menahan hati ini untuk ngga kaya orang kaya lainnya, itu yang saya ngga (baca: belum) bisa..

Godaan orang kaya tuh bagi saya lebih berat dari godaan orang miskin loh.

Coba bayangin, punya uang miliaran, trus dihadapin sama pilihan yang harus dipilih salah satu dan mengorbankan lainnya, kaya pilihan beli jet & heli pribadi supaya bisa plesir ke pantai di Yunani sama Istri tercinta sambil ngurus bisnis di Manchaster dan mampir di Singapur karena harus ke toilet dulu..

atau bikin sekolah bertaraf internasional dan gratis buat anak - anak yang hidup di kolong flyover daerah Kapuk misalnya..

Trus kalo disuruh milih bikin hotel JW Mak Erot berbintang 7 di samping Monas disebelah Istana Presiden dan tahan dibom atom sekalipun... yang pastinya laku keras..

atau milih bikin perkampungan nelayan di pesisir Samalanga (Pidie - Aceh) yang lengkap dengan segala fasilitas canggih dan sarana kesehatan dan pendidikan bertaraf Jepan.. Nah Loh!!

Atau mungkin sekedar hal simple tapi paling penting sedunia...

harus milih antara menghabiskan waktu sama istri dan anak - anak, mendidik mereka menjadi pejuang yang tangguh tanpa bayang-bayang Bapak nya yang miliarder ... atau hura - hura di Caesar Palace - Las Vegas sambil nonton re-match Tyson vs Holyfield yang gantian saling gigit kuping masing - masing..

Wah… bagi saya pilihannya jelas…

!! Tetep Jadi Orang Kaya !!

Nah gimana cara nahan godaannya? Saya punya strategi:

Banyak Berbagi = Banyak Menerima

Saya yakin, dan sesuai prinsip hidup yang saya mulai belajar untuk pegang teguh bahwa Allah Swt tidak akan memberikan Keberkahan rezeki bila Anda tidak Berbagi.

Yup kata kuncinya adalah Keberkahan dan Berbagi.

Berkah berarti berapapun rezeki yang anda dapatkan, anda akan selalu merasa sangat kaya dan berkecukupan, karena Allah Swt memberikan ketenangan dalam hati anda dan menghilangkan rasa berlebihan yang menjadi awal bagi pemborosan dan merasa selalu tidak cukup.

Berbagi artinya ketika Anda merasa sudah berkecukupan maka Allah Swt sekali lagi menanamkan rasa dermawan dalam hati Anda, sehingga Anda-pun tidak akan segan – segan untuk membangun Sekolah gratis bertaraf internasional dan membangun perekonomian nelayan pesisir untuk menjadi kaya dan memiliki hati seperti Anda…


Hati yang Tidak Pernah Takut Miskin, Selalu Merasa Kaya dan Siap Berbagi apapun harta yang Anda punya, maka sekarang Anda boleh yakin Anda Bisa Kaya !



Banda Aceh,

Juli, 2009

Sabtu, 13 Juni 2009

Sungguh.. maafkan aku...

Aku akan menjadi lebih baik…

"Aku akan menjadi lebih baik…. Untuk dirimu dan untuk anak – anak kita"… Kalimat yang mengalir tanpa aku sadari, keluar bagai teriakan semangat yang datang dari lubuk hati, bercampur penyesalan yang menyesakkan dada.. seketika setelah ku kecup keningmu… Istriku..

Malam ini, aku bagai lahir kembali, bagai bangun dari lelapku, bagai tersadar dari sombongku.. Malam ini aku bersimpuh di sajadah biruku, memohon ampunan dan keridhaan Mu..
Ya Allah.. Sungguh tiada daya dan upaya yang dapat aku lakukan tanpa pertolongan Mu..

Tak terasa, suara isak tangisku semakin menjadi.. Memenuhi ruang dan waktuku.. mengguncang jiwa dan ragaku.. membasahi wajahku..

Ku coba kumpulkan kembali kendaliku, menahan gemetarnya tubuhku dan melembutkan suara tangisku. Terus – menerus berputar dikepala ku, kilasan balik dosa dan kesalahan yang ku lakukan… kepadamu.. Istriku… dan kedua buah hati tercintaku…

Kau adalah pasangan jiwaku, tempat aku luapkan segala isi hatiku, dan kau adalah pelengkap imanku… Namun begitu banyak kesalahan, penghinaan dan cemoohan yang telah kulakukan, hingga kesedihan menyelimuti tidur malammu..

Tak ubahnya anak – anak tercintaku, bunga hidupku, pelembut hatiku.. begitu banyak amarah dan teriakan keluar dari mulutku… bukannya kata – kata didikan, namun larangan dan batasan yang ku berikan..

Sungguh.. aku tidak pernah bermaksud menyakitimu.. istriku… juga kalian buah hatiku…

Sungguh..

Pada sujud terakhirku… ku titipkan do’a untukmu.. Pada setiap derai air mataku, kupanjatkan pengharapan untukmu.. kepada Sang Maha Pengambul Do’a dan Harapan..

Esok.. Aku akan memberikan segenap kemampuanku untuk berubah..
Kelak.. Aku akan menjadi lebih baik..
sebagai.. Suami untuk istriku…. dan Ayah untuk anak – anakku..

Sungguh.. maafkan aku…