Kamis, 30 Oktober 2008

See More... Do More...

Belakangan ini banyak kejadian yang "membuka" mata dan pikiran saya. Sesaat kadang kita lupa ketika sehat itu bukan jadi barang mewah.. mungkin karena dengan mudahnya asuransi kesehatan dari kantor bisa membayar semua obat dan biaya yang diperlukan... atau emang kitanya yang tidak pernah merasa bahwa sehat adalah nikmat?.. entahlah..


Ternyata ketemu sama Dokter yang mengoperasi saya 2 minggu yang lalu sambil membawa hasil x-ray orang yang rahang nya patah dan terlepas dari tempatnya karena tabrakan membuka mata dan hati saya.. dan saat itupun saya tersentak.. tanpa sadar tangan ini menyentuh rahang saya yang masih utuh dan tetap pada tempatnya ini... alhamdulillah.


Belum lagi Dokter yang meng-operasi saya menceritakan betapa bahagianya ketika seorang anak selesai di operasi bibir sumbing-nya lalu menjadi normal... tanpa diperintah pun tangan ini meraba bibir yang sudah dari awal sempurna... alhamdulillah.


Lalu baru beberapa hari dalam proses penyembuhan luka - luka "kecil" hasil operasi 2 minggu kemarin, datanglah "mantan" pencuci baju di rumah kontrakan kami yang dulu... sambil bercerita bagaimana sakitnya sang Suami ketika harus mengeluarkan batu (sebesar ujung kelingking anak terkecil saya) melalui "pipis"nya... 5 sampai 6 buah batu lagi.... trus setelah keluar batu tersebut maka darah segar akan keluar selama 3 hari berturut-turut... lagi - lagi tanpa terasa HIV (baca: Hasrat Ingin Vivis) saya muncul dan dengan mudahnya "ia" dikeluarkan tanpa ada "benda" lain yang ikut serta... alhamdulillah.


Dan tanpa bisa membayangkan, berapa banyak lagi orang didunia luar sana yang tidak bisa merasakan nikmatnya sehat.. tidak bisa merasakan nikmat nya senyum tanpa bibir yang sumbing atau rahang yang bergerak tidak seirama satu dengan lainnya... atau bahkan sekedar melepaskan "Hasrat Ingin Vivis" tanpa ada sedikitpun rasa sakit menanti..


"Bersyukurlah.. maka akan kutambah nikmat Ku padamu"


Sayapun "akhirnya" berfikir, apakah saya selama ini sudah cukup bersyukur?


Jawabannya baru muncul 2 hari yang lalu, dalam Syukur bukan hanya ucapan dan hati yang terlibat, namun "Tindakan Nyata yang dirasakan orang lain" - lah kunci utama nya.


Saya merasa "Syukur atas Nikmat" yang terbatas dalam ucapan dan hati hanyalah seperti ungkapan "Terima Kasih" anak umur 3 tahun ketika diberi Es Krim tanpa berfikir bagaimana dapat membaginya bahkan kepada orang yang ia kenal dekat sekalipun.


Yang saya sadari akhir - akhir ini, "Syukur atas Nikmat" adalah ungkapan Terima Kasih yang diwujudkan dengan berusaha keras untuk membagi Kenikmatan tersebut bahkan kepada orang yang tidak kita kenal sekalipun.


Untuk itu, step-by-step, menyiapkan langkah sambil melangkah untuk berbuat sekuat tenaga demi terpenuhinya rasa "Syukur atas Nikmat" melalui Program Operasi Bibir Sumbing Gratis. Bersama Dokter yang meng-operasi saya dr. BJ Bismedi SpBP, Istri saya tercinta Dewi Wahyuni dan kawan - kawan se-perasaan...


Semoga Alloh Swt memberikan petunjuk, meneguhkan pikiran, memberikan kekuatan dan menganugrahi ketabahan kepada kami atas usaha "Syukur atas Nikmat" yang akan kami jalani... amiin.


See more... then you will do more... and more...

2 komentar:

  1. Saya jadi terharu baca tulisan (See More Do More) ini...terharu karena ada rasa bersyukur bahwa 'pertemuan profesi kedokteran' dengan 'subjek tradisonal' (baca: pasien)saya.. ternyata tidak hanya sebatas transaksi jasa medis.., namun membawa nuansa lain... religius.. penuh makna,. ..Ya rasa bersyukur tadi...
    Jadi ingat.. bahwa sehat itu nikmat.
    Lebih terharu.. karena subyek kali ini... disamping lucu... juga telah melangkah..dan.. benar2 mewujudkan.. ke hal2 yang lebih kongkrit.... (termasuk menulis di blog ini) dan rencana2 kreatif lainnya...
    Agak terharu... karena ada rasa agak bangga jadi orang yang (seolah-olah) membuka mata khalayak agar bersyukur...bahwa sehat itu nikmat... walaupun kita semua tahu.. hanya Allah-lah Sang Maha Bersyukur.. Maha Menyembuhkan.. dan Yang Membolak-balik Hati..

    Saya juga.. jadi terharu dan malu.. karena... merasa hal2 berbau medis sehubungan dengan profesi sehari2 kami ternyata dapat membuat orang lain tersentak... berpikir.. bersyukur.. dan berbuat...
    Sedangkan... bagi kami... seolah-olah hal itu hanya rutinitas pekerjaan biasa... yg tidak berisi apa2... Apakah 'rasa' kami sudah begitu tumpul.? .Apakah karena sibuknya mengurus pekerjaan sebagai dokter maka hal2 yang mestinya dapat dimaknai lebih mendalam,.. seperti.. kasus lahir cacat, penyakit kronis, trauma hebat.. bahkan kematianpun.. kami anggap lumrah... rutinitas.. sebagai fenomena medis biasa...
    sebegitu tumpulnya rasa ini...?!

    Ya Rohman Ya Rohim... Kasihi dan Sayangilah kami semua...

    Ternyata Betul kata Waladi.. (pinjam istilahnya ya).. Bismedi >> Masih (perlu banyak) Belajar

    BalasHapus
  2. Semoga sama - sama bisa belajar ya Dok...
    Terima kasih atas kesempatannya :)

    BalasHapus